Kisah Riyang Di Sleman Mulai Usaha Ngarit Online: Ketika Rumput Ikut Go Digital

Sedang Trending 2 jam yang lalu
ARTICLE AD BOX
Ngarit online. Riyang Gati (26 tahun) penduduk Kalurahan Sumberagung, Kapanewon Moyudan, Kabupaten Sleman manfaatkan medsos untuk jualan rumput online. Rumputnya pun sampai Tangerang, Banten. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan

Mencari rumput untuk ternak namalain ngarit biasanya jadi rutinitas peternak sapi dan kambing. Tapi di Kapanewon Moyudan, Sleman, aktivitas itu mulai punya “jalan pintas.” Para peternak nan sibuk alias tak sempat turun ke sawah sekarang bisa membeli rumput secara daring.

Penjualnya bukan golongan besar, melainkan seorang pemuda 26 tahun berjulukan Riyang Gati, penduduk Kalurahan Sumberagung.

Minggu (16/11), kumparan mendatangi rumah Riyang. Alamatnya mudah ditemukan; cukup cari “Bakul Suket Jogja (Suketin.id)” di maps. Nama itu juga jadi akun media sosial tempat Riyang mempromosikan hasil ngaritnya.

Sebuah spanduk “Bakul Suket” terpasang di depan rumah, komplit dengan semboyan nan merangkum semangat usahanya: “Suket Ora Trending Tapi Suket Itu Penting.”

Tak lama setelah tiba, sebuah motor melintas. Pengendaranya memakai baju hijau, tangan kanan memegang setang, tangan kiri menjinjing dua karung rumput. Satu karung lagi menumpang di bagian tengah motor. Total tiga karung. Pemilik motor itu tak lain adalah Riyang nan baru kembali dari sawah.

“Sehari minimal lima sampai enam karung sehari,” katanya membuka obrolan.

Usaha ini baru melangkah sekitar tiga minggu. Pasarnya jelas: para peternak nan punya pekerjaan dobel alias sedang ada aktivitas sehingga tak sempat ngarit sendiri.

Ngarit online. Riyang Gati (26 tahun) penduduk Kalurahan Sumberagung, Kapanewon Moyudan, Kabupaten Sleman manfaatkan medsos untuk jualan rumput online. Rumputnya pun sampai Tangerang, Banten. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan

Dari Sawah Gagal Panen ke Ide Jualan Suket

Kisah Riyang berangkat dari kondisi nan jauh dari ideal. “Awal mulanya pertama lantaran saya nganggur, nan kedua sawah milik family nan di bulak Kedung Banteng beberapa kali ditanami padi nggak panen. nan ketiga lantaran melihara kambing, kemarin rencana buat bank pakan tetapi terlalu luas. Buat stok kambing saya kebanyakan,” jelasnya.

Karena sawah di sekitar juga sedang libur tanam, Riyang dan pamannya memutuskan menanami lahan itu dengan rumput. Ia memang sudah beriktikad menjualnya. Sebelumnya, Riyang sempat bekerja di ekspedisi, hiasan nikahan, hingga PPS saat Pemilu.

Ngarit online. Riyang Gati (26 tahun) penduduk Kalurahan Sumberagung, Kapanewon Moyudan, Kabupaten Sleman manfaatkan medsos untuk jualan rumput online. Rumputnya pun sampai Tangerang, Banten. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan

Membangun “Bakul Suket” Lewat Media Sosial

Agar usahanya jelas identitasnya, Riyang memilih nama Bakul Suket nan mudah diingat penduduk sekitar. “Saya kan di Sleman paling pojok jika pakai istilah nggak mudeng. Menyesuaikan pasar saja,” ujarnya.

Untuk menjangkau pasar nan lebih luas, dia memakai nama suketin.id di media sosial. “Medsos biasanya kaum muda, sasarannya kan misalnya kaum muda orang tuanya ada nan punya ternak. Ini kan bisa ‘ini lho, Pak, ada nan jual pakan’ gitu,” tuturnya.

Ada tiga platform nan dia gunakan: TikTok, Instagram, dan Facebook. Untuk logo, Riyang memanfaatkan kepintaran buatan. Kontennya sederhana tetapi konsisten: rumput, rumput, dan rumput.

“Video aja rumput. Monggo majikan suketnya sudah di-ready-kan. Ngarit online. Pertama kali ada ngarit online di situ,” jelasnya.

Rumput dijual Rp 25 ribu per karung. Pengantaran cuma-cuma jika dekat, sementara pembeli nan jauh biasanya memberi tips tambahan.

Banyak nan awalnya meragukan apakah rumput bisa laku dijual online. Riyang menirukan komentar mereka: “Apa ya payu.”

Ngarit online. Riyang Gati (26 tahun) penduduk Kalurahan Sumberagung, Kapanewon Moyudan, Kabupaten Sleman manfaatkan medsos untuk jualan rumput online. Rumputnya pun sampai Tangerang, Banten. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan

Pelanggan Pertama, Marmut, dan Order dari Tangerang

Tanggal 31 Oktober, pengguna online pertamanya datang dari Sedayu, Bantul. Riyang sempat mengira rumput itu untuk kambing alias sapi. “Ternyata sampai sana hanya buat pakan marmut. Pesannya tetap sekarung,” kata Riyang sembari tertawa heran.

Setelah kontennya mulai ditonton banyak orang, Riyang mencoba memasarkan rumputnya lewat marketplace. Tak disangka, pesanan datang dari Tangerang. “Saya upload tidak saya iklan dan sebagainya… Setelah sehari ada nan beli,” ujarnya.

Rumput dikirim dengan kondisi tidak basah, karung digandakan dengan trash bag. Harga di marketplace Rp 30 ribu per karung. “Suketku tekan Tangerang. Orangnya nggak kompain berfaedah aman,” katanya.

Beberapa wilayah lain seperti Magetan, Wonosobo, dan Cilacap, mulai menanyakan kesiapan rumput.

Ngarit online. Riyang Gati (26 tahun) penduduk Kalurahan Sumberagung, Kapanewon Moyudan, Kabupaten Sleman manfaatkan medsos untuk jualan rumput online. Rumputnya pun sampai Tangerang, Banten. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan

Setiap hari Riyang ngarit dua kali: pagi dan siang sampai sore. Rata-rata enam karung. Ada pengguna nan memilih mengambil sendiri selepas pulang kerja, terutama dari Nanggulan, Kulon Progo. Ada pula pengguna di Wirobrajan, Yogyakarta, nan membikin Riyang baru tahu bahwa di tengah kota pun ada nan beternak kambing.

Antusiasme nan tinggi membikin Riyang berpikir sawahnya tak bakal cukup. “Tetap ekspansi sekitar. Mau tidak mau nyewa,” katanya.

Menurut Riyang, kualitas rumput kudu dijaga. nan bagus adalah rumput nan tidak terlalu tua dan tidak terlalu muda.

Ngarit online. Riyang Gati (26 tahun) penduduk Kalurahan Sumberagung, Kapanewon Moyudan, Kabupaten Sleman manfaatkan medsos untuk jualan rumput online. Rumputnya pun sampai Tangerang, Banten. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan

Rumput Ukuran Mini dan Rencana Serius

Karena pembelinya bukan hanya peternak tetapi juga penghobi hewan seperti pemilik marmut, Riyang berencana membikin ukuran bungkusan lebih kecil. “Kalau nggak ukuran karung pupuk urea. Marketplace lebih murah. Kalau pakai karung besar dikirim mahal ongkirnya,” ucapnya.

Ia mau menseriusi upaya ini dan berambisi bisa membuka kesempatan ekonomi bagi penduduk sekitar. “Misal lancar di atas delapan (karung), rencanaku kan di sini banyak nan ternak kambing… Kalau misal sudah banyak order ‘Pak Dhe mau ngarit nggak’ (diajak kerja),” bebernya.

Selengkapnya