ARTICLE AD BOX
Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen), Abdul Mu'ti, mengungkapkan belum seluruh siswa SMAN 72 Jakarta siap secara mental untuk kembali belajar di sekolah.
Hal itu disampaikannya usai menghadiri aktivitas Festival Toleransi dan Budaya, di Gedung Kemendikdasmen, Jakarta, Minggu (16/11).
Meski begitu, Mu'ti menerangkan bahwa juga ada sebagian besar orang tua menyatakan siap jika anaknya kembali ke sekolah.
"Sampai hari ini, satu pekan ini pembelajarannya memang tetap daring dan mulai pekan depan info nan saya terima memang juga belum seluruh siswa siap secara mental untuk kembali ke sekolah," ujar Mu'ti kepada wartawan.
"Walaupun info nan saya terima sebagian besar orang tua dan siswa sebenarnya sudah siap untuk kembali belajar," jelas dia.
Mu'ti pun mengaku belum mengetahui kapan para siswa SMAN 72 Jakarta dapat kembali belajar secara tatap muka di sekolah.
"Kita belum tahu, kelak kita lihat saja," imbuhnya.
Ia juga menjelaskan pihaknya terus berupaya maksimal agar situasi di SMAN 72 Jakarta kembali pulih seperti biasa.
"Kita berupaya gimana agar situasi dapat kembali pulih dan para siswa dapat belajar sebagaimana biasa," ucap Mu'ti.
Lebih lanjut, Mu'ti mengungkapkan bahwa Kemendikdasmen juga telah melaksanakan pemulihan trauma bagi para siswa dan pembimbing di SMAN 72 Jakarta selama seminggu terakhir.
Ia menyebut, langkah pemulihan trauma itu dilakukan dengan melibatkan aktivis hingga psikolog.
"Trauma healing sudah kita laksanakan selama satu minggu. Kita dampingi sekolah melalui Zoom," tutur dia.
"Dan juga dengan melibatkan para aktivis dan juga para psikolog agar para siswa dan pembimbing bisa kembali ke sekolah dengan semangat nan sama," terangnya.
Sebelumnya, SMAN 72 Jakarta menyatakan belum bakal memulai pembelajaran tatap muka pada Senin (17/11). Pihak sekolah menyebut aktivitas belajar tetap dilakukan secara daring sembari menunggu keputusan orang tua mengenai model pembelajaran nan bakal dipilih pasca-ledakan.
Kepala Sekolah SMAN 72, Tetty Helena Tampubolon, mengatakan pihaknya tetap berhati-hati lantaran sebagian siswa tetap merasakan trauma.
Ia menjelaskan bahwa sekolah tidak bakal memaksa siswa untuk langsung mengikuti pembelajaran luring.
"Apa pun nan terjadi. Kita kan belum bisa memastikan mereka kudu seluruhnya belajarnya luring, ya, lantaran jika mereka belum itu, semuanya tetap ada sebagian nan kondisinya, traumanya tetap ada," ujar Tetty saat ditemui di Kantor Wali Kota Jakarta Utara, Sabtu (15/11) kemarin.
7 jam yang lalu
English (US) ·
Indonesian (ID) ·